Kegiatan yang sudah dilakukan oleh para pegiat digital literasi di Indonesia bukan berarti kurang. Namun Kami ingin ikut berkontribusi lebih banyak agar gap atau knowlage devide tidak terjadi di Indonesia. Kami berusaha meningkatkan keterlibatan secara langsung masyarakat lebih jauh agar mereka lebih melek. Selain meningkatkan kesadaran masyarakat pun harus memiliki keterampilan teknis dalam mengunakan teknologi digital, mengelola kemanan hingga mampu membuat konten digital secara bertanggung jawab.
Latar Belakang misi Kami
Kita berada di zaman yang terus bergerak. Teknologi informasi dan penetrasi kapital memungkinkan manusia memiliki cara hidup yang baru. Prof Rainal Kasali dalam sebuah wawancara pernah mengungkapkan bahwa perubahan terus terjadi, pada awalnya manusia melakukan efisiensi penggunaan otot. Hal ini diawali pada masa revolusi industri dimana tenaga manusia digantikan dengan mesin. Perubahan selanjutnya adalah terjadi pada pemotongan jarak. Diawali dengan penemuan telegram dan kini internet. Kemudian perubahan yang sudah ada di depan mata adalah efisiensi otak yang kini ditandai dengan tercitanya teknologi AI atau artificial intelligence.
Pada titik ini kita ada pada masa pasca industri atau lebih tepatnya dapat disebut dengan masyarakat Informasi. Suatu keadaan masyarakat di mana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama. Jadi dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi adalah inti dari kegiatan masayarakat industri. Cara berbisnis, cara belajar, cara menggunakan waktu luang, hingga cara bersosialisasi masyarakat telah berubah.
Dampak yang mungkin muncul akibat percepatan teknologi informasi adalah terjadinya apa yang disebut dengan Digital Devide dan Knowlage devide . Digital Devide adalah suatu kondisi dimana satu kelompok masyarata memiliki akses terhadap teknologi digital namun kelompok masyarakat lain tidak. Hal ini terkait dengan tidak meratanya akses atau teknologi fisik pada suatu masyarakat.
Sedangkan Knowledge deviden adalah terjadinya gap atau kesenjangan pengetahuan akan suatu hal. Kesenjangan pengetahuan ini terkait dengan pengetahuan teknis ataupun nonteknis terkait teknologi digital.
Dari dampak diatas maka akan terjadi penyesuaian atau perubahan yang akan atau perlu dilakukan diantaranya adalah; (1) Penyesuaian Hukum positif terkait kondisi terkini; (2) Masyarakat perlu peningkatan kapasitas tentang teknologi digital (3)Pelayanan pemerintah harus tersedia secara digital, dan (4) layanan bisnis harus memanfaatkan teknologi digital (Juniarto ; 2017)
Digital literasi sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat tentang pengetahuan teknologi digital memang telah dilakukan. Sejauh ini upaya mengurangi kesenjangan pengetahuan hanya terbatas pada kegiatan sosialisasi dan seminar adapun warkhop jumlahnya masih sangat kecil. Selain itu kegiatan paling banyak hanya dilakukan di kawasan pendidikan seperti kampus. Peserta yang mengikuti kegitan tersebut atau yang menjadi sasaran hanya terdiri dari pelajar dan mahasiswa (hasil penelitian JAPELIDI :2017).
Visi Next Generation Indonesia
“MEMBANTU ORANG TUA DI SELURUH INDONESIA MENCIPTAKAN EKOSISTEM BERMEDIA DIGITAL YANG SEHAT DI RUMAH MEREKA MASING-MASING”
Output Next Generation Indonesia
Media yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan media digital seperti Internet, media sosial, video game dan lain sebagainya. Sedangkan aktifitas media yang sehat adalah pemanfaatan media secara sadar untuk hal positif.
Dari tujuan itu jelas bahwa NXG Indonesia bergerak dalam isu digital literasi. Dalam upaya mewujudkan tujuan diatas kami memiliki Output diantaranya adalah sebagai berikut :
(1) Membuat akses atau tools yang dapat digunakan oleh orang tua untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang tekhnologi digital.
(2) Menciptakan ruang-ruang diskusi untuk Guru, Orang tua dan stakeholder tentang pemanfaatan teknologi digital secara sehat.
(3) Mendorong kebijakan tentang pemanfaatan tekhnologi digital yang sehat.